Sabtu, 21 Februari 2015

Laporan uji Minimal inhibitory concentration (MIC).

I.       KOMPETENSI UMUM
            Praktikan dapat mengetahui bagaimana cara kerja dalam uji Minimal inhibitory concentration (MIC).
II.      KOMPETENSI KHUSUS
       Praktikan dapat mengamati dan menentukan tingkat konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri uji.
III.    PRINSIP
          Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tingkat konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri uji dengan  dengan melihat nila MIC-nya.
IV.   LANDASAN TEORI
Desinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme pathogen dengan cara kimiawi dan fisik. Desinfeksi mempunyai daya kerja terhadap bentuk vegetative dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan bentuk sporanya . (Suriawiria ,2008)
         Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Meskipun melakukan desinfeksi dapat tercapai dengan keadaan steril, namun tidak seharusnya mengandung arti sterilisasi. (Irianto , 2006).
Desinfektansia adalah bahan atau zat yang digunakan untuk menghilangkan atau menghancurkan bakteri petogen atau nonpatogen, terutama bakteri yang membahayakan (patogen). Istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses membebaskan benda-benda mati atau infeksi, dan aman untuk dipakai dalam bidang industri atau pada rumah sakit- rumah sakit atau industri-industri makanan/minuman dan industri farmasi lainnya. Untuk memeriksa baik tidaknya bahan-bahan yang akan digunakan untuk desinfeksi dalam industri, laboratorium maupun rumah sakit, maka perlu dilakukan beberapa tes yaitu (Anonim, 2014)
1.    Minimal inhibitori concentration ( MIC test )
2.    Ridel-walker test
Pada kedua test ini dikaitkan “ capasity use dulution test “ stability test dan “ in-use test “. Yang dimaksud dengan MIC adalah konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau uji bakteri ( Anonim,2014).
Koefisien fenol atau angka fenol adalah suatu angka yang menunjukkan aktivitas larutan disinfektan dalam membunuh mikroorganisme jika dibandingkan dengan fenol sebagai standar. Bakteri uji yang digunakan dalam penentuan angka fenol adalah staphylococcus aureus yang mewakili bakteri gram-positif dan salmonella thypi yang mewakili bakteri gram-negatif. Kedua bakteri uji ini diinokulasikan dalam berbagai pengenceran larutan fenol murni dan bahan disinfektan yang akan ditentukan koefisien fenolnya (Radji, 2011).
Kegunaan koefisien fenol sangat terbatas, misalnya suatu desinfektan yang dilarutkan dalam air dapat mempunyai koefisien fenol sampai 50, tetapi desinfektan ini dapat dikatakan tidak berguna bila diterapkan dalam lingkungan yang ada darahnya, atau bila digunakan dalam hubungan dengan bahan-bahan seperti pus, saliva, feses atau susu, karena bahan-bahan ini dapat bergabung dengan disinfektan itu dan memisahkannya dari kontak dengan bakteri. Selain itu, koefisien fenol dapat juga untuk salmonella typhi tinggi, tetapi terhadap bakteri lain hanya mencapai 2 atau 3 saja, seperti misalnya terhadap stapylococcus aureus. Oleh karena itu, bila suatu substansi dinyatakan mempunyai koefisien fenol tertentu, hendaknya diingat bahwa cara ini terbatas dalam penerapannya (Irianto, 2006)
Koefisien fenol adalah perbandingan tingkat pengenceran setiap bahan yang diuji (fenol dan bahan disinfektan uji) yang tidak mematikan bakteri uji dalam waktu 5 menit, tetapi mematikan bakteri uji dalam waktu 10 menit (Radji, 2011).
     Keefektifan suatu desinfektan yang dapat larut dalam air dan terdiri dari turunan (golongan) senyawaan fenol dapat diuji dengan penentuan koefisien fenol. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan dengan fenol murni dalam keadaan yang sama (Irianto, 2006).
Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan, yang dihitung dengan cara membandingkan aktivitas larutan bahan desinfektan dengan pengenceran tertentu dan aktivitas larutan fenol dengan pengenceran baku (Radji, 2011).
Jika suatu disinfektan telah ditetapkan koefisien fenolnya, maka sudah menjadi kebiasaan untuk menggunakan disinfektan itu dalam konsentrasi 20 kali koefisien fenol (jadi bila koefisien fenol 5, maka larutan pakai disinfektan itu adalah 1:100 ). Cara penentuan ini yang dilakukan sekehendaknya, seringkali tidak dapat diandalkan terhadap kerja pendisinfeksian.  Oleh karena itu, sebagai pengecekan sering dilakukan uji kapasitas larutan pakai disinfektan (Use-dilution test). (Radji, 2011).
Setelah pengeraman selama 48 jam pada suhu 370c dicatat pertumbuhan yang terjadi dalam tabung tabung yang telah di tnam. Bila dalam semua tabung dengan desinfektan yang diuji mikroorgaisme ujinya mati, maka tidak i mukan pertumbuhan. Dalam hal ini pemriksaan hrus diulang dengan pegenceran yang lebih tinggi. (Radji, 2011).
 Koefisien fenol dihitung sebagai ratio pengencern tertinggi dari disinfektan (x) yang diuji, yang tidak mematikan mikroorganisme uji dalam 5 menit (dalam medium pembiakkan ada pertumbuhan) , tetapi mematikan miroorganisme uji dalam waku 10 menit ( tidak ada pertumbuhan dalam medium pembiakan ) terhadap pengnceran fenol dalam keadaan dan waktu yang sama. ( Irianto, 2006 ).
Bila hasil koefisien diperoleh maka koefisien fenol ditentukan sebagai berikut:
      Fenol             : tumbuh pada 5 menit, tidak tumbuh pada 10 menit pada pengenceran 90 kali.
     Desinfektan X   : tumbuh pada 5 menit, tidak tumbuh pada 10 menit pada pengenceran 450 kali.
     Koefisien fenol  :     450/90 = 5

                                     Yang dapat dipakai sebagai organism uji adalah salmonella typhi, staphylococcus aureus , pseudomonas aeruginosa. Cara tresebut adalah cara penentuan koefisien fenolmenurut FDA. Cara-cara lain yang dikenal ialah cara menurut Rideal Walker dan Chick Martin.
Disinfeksi berarti mematikan atau menyinkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan disinfeksi dapat tercapai keadaan steril , namun tidak seharusnya terkandung arti sterilisasi. Disinfeksi biasanya dilaksanakan dengan menggunakan zat zat kimia seperti fenol, formaldehide, klor, iodium, atau sublimat.pada susu, disinfeksi (bukan sterilisasi) dilakukan dengan pasteurisasi. Pada umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel sel vegetatif yang lebih sensitif tetapi bukan spora spora yang tahan panas ( Irianto 2006 ).
Kegunaan koefisien fenol sangat terbatas, misalnya suatu desinfektan yang dilarutkan dalam air dapat mempunyai koefisien fenol sampai 50, tetapi desinfektan ini dapat dikatakan tidak berguna bila diterapkan dalam lingkungan yang ada darahnya, atau bila digunakan dalam hubungan dengan bahan-bahan seperti pus, saliva, feses atau susu, karena bahan-bahan ini dapat bergabung dengan disinfektan itu dan memisahkannya dari kontak dengan bakteri. Selain itu, koefisien fenol dapat juga untuk salmonella typhi tinggi, tetapi terhadap bakteri lain hanya mencapai 2 atau 3 saja, seperti misalnya terhadap stapylococcus aureus. Oleh karena itu, bila suatu substansi dinyatakan mempunyai koefisien fenol tertentu, hendaknya diingat bahwa cara ini terbatas dalam penerapannya (Irianto, 2006)
Untuk mengetahui  kekuatan masing-masing desinfektan orang perlu mempunyai  suatu ukuran pokok. Adapun zat yang dipakai  ialah fenol. ( Dwidjoseputro , 2003 ).
 Mikroorganisme yang digunakan  sebagai penguji khasiat  desinfektan adalah salmonella typhosa,kadang-kadang digunakan juga Microccus aureus. Desinfektan yang akan diuji itu akan diencerkan menurut perbandingan tertentu. Misal, kita membuat 2 larutan fenol,yang satu ( 1:90 ) dan yang lain ( 1:100 ). Di samping itu kita membuat beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan kita banding khasiatnya dengan khasiat fenol. Katakan,larutan disenfektan A itu ( 1:300 ),( 1:350 ),( 1:400 ),( 1:400 ),( 1:400 ),dari tiap-tiap larutan kita ambil 5 ml untuk kita masukkan dalam tabung steril; banyaknya tabung sesuai dengan banyaknya larutan fenol dan desinfektan A. kita memerlukan 3 perangkat dalam pengujian ini,yaitu 12 tabung untuk desinfektan 0,5 ml inokulum salmonella thyphosa yang masih muda.setelah 5 menit berada di dalm larutan, maka diambillah satu kolong inokulum untuk digesekan pada agar-agar lempengan, dan piaraan ini kemudian disimpan dalam temperatur 370C. setelah berselang 48 jam piaraan dapat diperiksa tentang ada tidaknya koloni.-koloni salmonella. Jika tak ada pertumbuhan, hal ini berarti bahwa bakteri telah mati ketika diambil  dari tabung yang berisi larutan desinfektan. Hal semacam ini dikerjakan pula dengan perangkat kedua. Dimana salmonella dibiarkan berada dala larutan selama 10 menit. Di dalam perangkat yang ketiga bakteri dibiarkan selama 15 menit berada dalam desinfektan. Makin besar koefisien fenol suatu desinfektan berarti makin manjurlah desinfektan itu ( Dwidjoseputro , 2003 ).

V.     METODE KERJA
A.   Alat yang digunakan
          Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah autoklaf, botol pengencer, cawan petri, Erlenmeyer, hand sprayer, inkubator, ose bulat/lurus, rak tabung, spoit 1 mL dan 5 mL, pipet tetes,dan tabung reaksi.

B.   Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil, alkohol 70 %, Harpic, kapas, kertas label, larutan pengencer, dan medium nutrient broth.

C.   Cara kerja
Uji MIC (Anonim, 2012)
1.       Sediakan 10 buah tabung steril, dan isi 9,5 ml medium NB steril kedalam tabung pertama dan 5 ml kedalam tabung lainnya.
2.    Tambahkan ke dalam tabung pertama 0,5 ml anti mikroba yang akan di uji , sehingga di peroleh pengenceran 1:20.
3.      Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan masukkan ke dalam tabung ke dua, campurkan sampa homogen.
4.    Kemudian di ambil lagi 5 ml dari tabung kedua ini dan di masukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai pada tabung kesepuluh , setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang. Sebaiknya untuk pemindahan cairan dari tabung ke tabung digunakan pipet tersendiri.
5.      Ditanam kedalam tiap-tiap tabung 0,02 ml suspensi biakan yang telah berumur 24 jam.
6.   Diinkubasikan semua tabung pada suhu 370 C dan diperiksa pertumbuhan bakteri setelah 24-72 jam.
7. Untuk memastikan bahwa bakteri yang tu,buh adalah bakteri yang diinokulokasikan, maka adanya pertumbuhan di periksa dengan penanam kembali dalam medium pembenihan. Konsentrasi tertinggi yang masih memperlihatkan penghambatan pertumbuhan mikroba adalah nilai MIC-nya.

VI.     TABEL PENGAMATAN
A.   Sampel ( Harpic )
NO
Pengenceran
Lama kontak
5’
10’
15’
20
1
1:10
-
-
+
-
2
1:20
-
+
+
-
3
1:30
-
-
-
-
4
1:40
-
     +
+
+
5
1:50
-
+
+
+
B.   Fenol
NO
Pengenceran
Lama Kontak
5’
10’
15’
20
1
1:80
-
+
+
+
2
1:90
-
+
+
+
3
  1:100
-
+
+
+
C.   Tabel Uji MIC
No
Perbandingan
Pengamatan
Keterangan
1
1 : 20
-

2
1 : 40
+

3
1 : 80
+

4
1 : 160
+

5
1 : 320
+

6
1 : 640
+

7
1 : 1280
+

Keterangan :
Kekeruhan     : ( + )
Jernih             : ( - )

VII.         PEMBAHASAN
 Desinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme pathogen dengan cara kimiawi dan fisik. Desinfeksi mempunyai daya kerja terhadap bentuk vegetative dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan bentuk sporanya .
Koefisien fenol atau angka fenol adalah suatu angka yang menunjukkan aktivitas larutan disinfektan dalam membunuh mikroorganisme jika dibandingkan dengan fenol sebagai standar. Bakteri uji yang digunakan dalam penentuan angka fenol adalah staphylococcus aureus yang mewakili bakteri gram-positif dan salmonella thypi yang mewakili bakteri gram-negatif. Kedua bakteri uji ini diinokulasikan dalam berbagai pengenceran larutan fenol murni dan bahan disinfektan yang akan ditentukan koefisien fenolnya.
 Pada uji MIC, Disediakan 10 buah tabung steril, dan isi 9,5 ml medium NB steril kedalam tabung pertama dan 5 ml kedalam tabung lainnya. Ditambahkan ke dalam tabung pertama 0,5 ml anti mikroba yang akan di uji , sehingga di peroleh pengenceran 1:20. Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan masukkan ke dalam tabung ke dua, campurkan sampa homogen. Kemudian di ambil lagi 5 ml dari tabung kedua ini dan di masukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai pada tabung kesepuluh , setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang. Sebaiknya untuk pemindahan cairan dari tabung ke tabung digunakan pipet tersendiri. Ditanam kedalam tiap-tiap tabung 0,02 ml suspensi biakan yang telah berumur 24 jam. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 370 C dan diperiksa pertumbuhan bakteri setelah 24-72 jam. Untuk memastikan bahwa bakteri yang tu,buh adalah bakteri yang diinokulokasikan, maka adanya pertumbuhan di periksa dengan penanam kembali dalam medium pembenihan. Konsentrasi tertinggi yang masih memperlihatkan penghambatan pertumbuhan mikroba adalah nilai MIC-nya.
Pada percobaan ini digunakan lima konsentrasi yang digunakan pada percobaan fenol yaitu 5 %. Karena pada konsentrasi 2 – 5%  fenol efektif mendenaturasi protein dan merusak membrane sel bakteri serta aktif pada pH asam dan pada konsentrasi tersebuttidak toksis bagi manusia. Persyaratan koefesien fenol yaitu jika nilai koefesien fenol antara   0,05-1 maka zat kimia uji adalah antiseptik/desinfektan yang kurang efektif sedangkan jika nilai yang diperoleh lebih besar dari 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik/desinfektan yang efektif.
 Mikroba-mikroba yang biasa digunakan pada koefisien fenol yaitu Shigella disentri  yang dimaksudkan untuk melihat sampel vial dan fenol baku 5% dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri tersebut dan bakteri ini juga  yang digunakan sebagai bakteri uji koefisien fenol di Indonesia.
Nilai MIC (Minimal Inhibitory Concentration) diletakkan pada tabung ke-2 deret 1 pada percobaan koefisien fenol, dimaksudkan untuk melihat daya hambat konsentrasi desinfektan di atas Nilai MIC (Minimal Inhibitory Concetration) dan menguji kembali apakah nilai MIC yang telah diperoleh sudah mutlak. Sedangkan pada tabung 1 deret I yang berisi sampel, air steril dan suspensi biakan mikroba direndam dalam wadah berisi es, bertujuan untuk menjaga pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh suhu. Digunakan air steril sebab dengan lingkungan yang steril maka mikroba tidak akan mengalami pertumbuhan sehingga akan membantu kerja dari desinfektan yang digunakan. Digunakan suspensi bakteri agar dapat diketahui apakah desinfektan yang akan diuji mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri uji atau tidak.
Pada percobaan ini digunakan lama kontak 5, 10 dan 15 menit untuk membandingkan pengenceran tertinggi tes produk yang membunuh kuman dalam waktu 10 menit (tetapi tidak membunuh dalam 5 menit) dengan pengenceran fenol yang memberikan hasil yang sama. Secara umum waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk dapat mengadakan kontak dengan desinfektan (lama kontak) adalah 5-10 menit, karena suatu desinfektan yang memiliki koefisien fenol memiliki aktivitas kerja yang optimal pada lama kontak tersebut sehingga pengukuran koefisien dilakuukan dengan melihat hasil positif pada setiap pengenceran dalam waktu 5 menit. Pengenceran tertinggi dari desinfektan dan baku fenol dapat mematikan bakteri uji dalam waktu kontak 10 menit, tetapi tidak mematikan bakteri uji dalam waktu kontak 5 menit. Dan digunakan lama kontak 15 menit karena ditakutkan ada bakteri yang belum mati pada menit ke 10.
Pada praktikum ini medium yang digunakan adalah adalah medium NB ( dalam bentuk cair). Medium yang cocok untuk bakteri adalah medium NA, tetapi Digunakan medium cair karena ingin melihat kekeruhan atau kejernihan dari medium, yang menandakan ada tidaknya pertumbuhan bakteri yang terjadi.
Dari praktikum untuk sampel harpic pada pengenceran 1:10 sampai 1:50 untuk lama kontak 5’ semuanya menunjukkan  hasil yang negatif. Pada lama kontak 10’ hanya pada pengenceran 1:10 dan 1:30 yang menunjukkan hasil yang negatif. Sedangkan  untuk lama kontak 15’ dan 20’ didapatkan hasil pada pengenceran 1:10 sampai 1:30 yang mana menunjukkan hasil yang negatif.  Sedangkan pada pengenceran 1:40 dan 1:50 menunjukkan hasil positif.
Dari praktikum untuk fenol, didapatkan hasil bahwa pada larutan baku fenol dengan konsentrasi 5 % diperoleh hasil untuk lama kontak pada 5’ untuk semua pengenceran dari deret 1 sampai deret 3 menghasilkan hasil yang negative. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada ditumbuhi oleh mikroorganisme. Sedangkan untuk lama kontak 10’, 15’ dan 20’ pada semua pengenceran dari deret 1 sampai ke deret 3 menunjukkan hasil yang  positif yang berarti fenol tersebut telah ditumbuhi mikroorganisme.
   Dari praktikum untuk uji MIC, untuk perbandingan 1:20 pada pengamatan menunjukkan hasil bahwa tidak adanya perubahan yang ditunjukkan. Sedangkan untuk perbandingan 1:40, 1:80, 1:160, 1:320, 1: 640, 1:1280 menununjukkan adanya perubahan.
      Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum yaitu :
1.    Alat-alat yang digunakan belum steril.
2.    Adanya kontaminasi dari luar.
3.    Pengerjaannya yang kurang teliti dan serius.
4.    Penghitungan waktu( stopwatch ) yang tidak tepat.

VII.         KESIMPULAN
 Dari hasil praktikum kami dapal menyimpulkan bahwa untuk sampel yang berupa harpic juga termasuk sebagai desinfektan yang baik dalam membunuh mikroorganisme. Dan untuk koefision fenol dengan konsentrasi 5% dapat memberikan efek yang baik sebagai desinfektan. Pada uji MIC didapatkan hasil untuk perbandingan 1:20 memberikan hasil yang baik sebagai penghambat mikroorganisme
IX.          SARAN
               Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan harus meminta perhatian penuh  kepada asisten agar meminimalis faktor-faktor kesalahan yang akan terjadi pada saat praktikum.         


X. DAFTAR PUSTAKA
                      Anonim, 2008, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi   Terapan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
                      Dwidjoseputro, D.2003, Dasar-dasar  Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta .
   Radji, M.,2011, Mikrobiologi, Buku kedokteran ECG, Jakarta.
   Irianto, Koes. Mikrobiologi Medis. Penerbit Alfabeta : Bandung.\
   Suriwiria,U.2008. “Mikrobiologi Air”, Bandung : PT. Alumni.
  


Tidak ada komentar: